Kamis, 12 Agustus 2010

Pada Awalnya

Cerita tentang nama...
Widhi Maulana Dessangga, itu nama yang diberikan oleh bapa saat aku baru berumur beberapa hari. Sejatinya sih, nama itu sudah disiapkan sebelum aku lahir namun baru diresmikan saat bapa punya uang untuk membuat sebuah upacara selamatan. Bapa sebenarnya tak mau mengadakan upacara itu tapi kehendak kakek membuat bapa terpaksa mengadakan selamatan yang katanya membawa berkah. Semoga.

Beranjak pada usia sepuluh tahun namaku “diusik” oleh guru ngajiku yang sangat kuhormati. Beliau berpendapat namaku itu tidak umum sebagai seorang muslim. Aku harus ganti nama. Walau aku tak peduli, tapi hati kecilku menolak rencana guruku itu. Untunglah bapa menolak dengan halus, menurut bapa nama tak berhubungan agama yang dianut. Hore, hati kecilku bersorak. Aku bangga dengan nama ini. Terimakasih bapa.

Mengenai pergantian nama memang sudah menjadi hal yang biasa dalam tatanan budaya masyarakat desaku. Dalam keluargaku sendiri ada banyak kerabatku yang mengalami sejarah pergantian nama (hehehe...). Toharikin, nama itu hanya bertahan selama dua tahun di diri sepupuku sebelum akhirnya harus berganti menjadi Nurkholis. Lantas Maya, sepupuku juga, berganti nama menjadi Azizah. Juga Jonah, nama nenekku, berubah menjadi Cariyah. Ada berbagai alasan memang yang menyebabkan nama bisa/harus diganti. Bisa karena sakit, menolak bala, tidak sesuai agama (Islam) dan sebagainya. Namaku sendiri, Widhi, dianggap sebagai nama orang Hindu maka mesti diganti. Untungnya ada bapa. Terimakasih (lagi) bapa. Aku suka dengan namaku. Widhi Maulana Dessangga.

Akan tetapi saat aku lulus SD aku harus terima kenyataan kalau namaku mengalami pengurangan satu huruf ‘s’ pada kata dessangga. Guruku salah menuliskannya di ijazah. Ah, ada-ada saja. Maka sejak saat itu Widhi Maulana Desangga-lah nama lengkapku. Duapuluh huruf.

Cerita tentang sekolah...
Usiaku baru empat tahun lebih saat aku mulai merasakan kesepian di rumah. Semua teman-temanku tidak ada di rumahnya. Aku kesepian. Setiap pagi aku melihat mereka memakai seragam merah putih pergi bersama-sama. Aku ditinggal. Aku tidak diajak. Aku kesepian. Ketika itu agustus baru menyapa. Aku merengek sejadinya. Aku ingin seragam itu. Aku ingin pergi bersama mereka. Aku ingin sekolah.

Seminggu setelah itu aku pun dititipkan ke sekolah. Bapa meminta aku diikutkan dalam kelas. ‘tak usah dinilai’ bilang bapa pada kepala sekolah. Aku tidak perlu dinaikkan, tambahnya. Akan tetapi pada pembagian raport aku tetap diberikan nilai oleh wali kelasku. Ranking enam. Wow, bangga sekali aku saat itu. Bapa terkejut. Akhirnya akupun sekolah secara penuh. Kenaikan kelas satu aku meraih ranking delapan. Menurun memang, tapi aku tetap senang.

Kelas empat caturwulan dua aku dipindah ke desa, orangtuaku pindah rumah ke daerah Petukangan Selatan. Menempati rumah kepala sekolah, atasan bapa. Di desa aku meraja. Ranking satu aku genggam sampai lulus SD. Selain itu NEM tertinggi pun aku renggut. Berbekal gelar tertinggi itu pula aku sempat pongah ketika harus sekolah di Jakarta. Akan kutaklukkan Jakarta. Hehehe...

Akan tetapi ternyata orang Jakarta pintar-pintar, NEM-ku tidak ada apa-apanya.

SMA-ku di sekolah terfavorit di Bekasi, SMAN 1. Di sekolah ini aku selalu meraih ranking tiga besar, benar-benar tiga besar. Tigapuluh tiga, tigapuluh empat, tiga puluh sembilan, hehehe.... Terus terang aku tak termotivasi sekolah di SMAN favorit ini. Baru di kelas tiga aku mendapat feel, aku meraih ranking tujuh. Teman-temanku kaget. Bahkan aku, tapi aku tak peduli dengan ranking-ranking seperti itu.

Memasuki dunia kampus, aku memilih Jurusan Bahasa Indonesia. Kupikir kuliah akan berbeda dengan sekolah. Tapi ah...., sama saja. Hanya berbeda tidak mengenakan seragam. Peraturan yang ada terlalu banyak mengekang kebebasanku. Terutama masalah jadwal. Aku sudah menyusun sedemikian rupa agar aku tak pernah kuliah pagi. Tapi yang terjadi seringkali berbalikan dengan apa yang kuinginkan. Ah..., dunia sekolah memang tak selalu mengenakkan. Hanya statusnya saja yang tinggi, Mahasiswa.

Mungkin itu saja perkenalan dengan aku dan hidup (membosankan)ku.

16 September 2008

0 komentar:

Posting Komentar