This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 22 Agustus 2010

Buka Bareng

Hehehe... gimana rasanya kalo kita buka di rumah pacar...? canggung, ya pasti ada rasa canggung. Apalagi kalo lu dateng ke rumah dia gak pake persiapan apa-apa. Lu gak bawa apa-apa ke sana, nah gimana mau bawa sesuatu, lha wong buka di rumah dia aja karena lu gak bisa ngajak cewe lu kemana-mana alias BOKE (gak pake P). Heheheee...

Ngumpetin File di Gambar

Morning semuanya..., baru bangun nih gw. Karena lagi puasa yaaa jadinya gak ngopi dipagi hari dah. Tapi itu gak jadi masalah. Toh puasa kan gak tiap hari, cuman sebulan ini doang. (Ama senen kemis kalo sempet, hehehee...)

Pernah punya file yang teramat rahasia yang gak mau orang lain tau? Semisal kita punya curhatan tingkat tinggi yang cuman kita bagi ama komputer doang nih. Kita gak mau cerita ama temen, ortu, pacar, atau bahkan selingkuhan. Jadi yaaa curhatnya ama komputer. Yang jadi masalah, gimana kalo komputer yang kita pake untuk curhat itu dipake bareng-bareng ama orang lain. Terlebih lagi orang lainnya itu tukang gosip... wahhhh... bisa berabe nih. Bisa kaya ariel nanti digosipin sepanjang masa. Huhuhuhuuuuu...

Kau Ada untuk Memilihku

Dia sudah tiba lebih dulu dariku. Kami saling memberi senyum – tipis – dan bersapa dengan canggung. Kutahan nafas sejenak agar degup jantung tak dapat terdengar olehnya. Sedikit rasa sesal kenapa pula tadi langkah terasa berat. Huh... Andai dapat mengulang waktu, aku pasti bergegas dan aku yang akan jadi orang yang menunggu, bukan dia.

Aku ajak dia duduk di tempat makan yang sudah kami sepakati sebelumnya. Aku ambil posisi berhadapan dengannya. Bodohnya, basa basi grogiku memecah hening. “Nanti bayar sendiri-sendiri yah, lagi gak punya uang nih,” ujarku sambil terkekeh.
“Iya,” jawabnya.

Aku merutuk diriku, untuk hari sepenting ini kenapa tidak meminjam dulu uang teman seperti yang biasa kulakukan. Sesal lagi-lagi menyelinap dalam pikiranku. Beberapa saat kami terdiam. Dalam diam aku terus memutar otakku menemukan kata yang tepat untuk diucapkan. Entah dia sedang berpikir apa, mungkin menunggu saja tanpa berpikir. Tak dapat kuterka apa yang ada dibalik senyumnya.

Tak ada yang dapat kutawarkan padanya selain segudang mimpi yang mungkin terlalu besar. Sayang, dia terlalu indah untuk tidak disayangi. Cinta, semua orang bisa mencintainya. Ia istimewa. Apa yang dapat kuberikan padanya yang orang lain tak mampu berikan. Selalu itu yang menghambat langkahku untuk mengajaknya bersanding di sisiku.

Terlalu naif bila ku bilang aku setia dan layak untuk dipilih olehnya. Apakah ada yang akan meninggalkannya untuk mendampingi yang lain. Kupikir tak mungkin ada. Ia terlampau berharga untuk diduakan dengan orang lain. Apa yang mesti kuperbuat untuknya yang tak dapat dilakukan orang lain.

Kisah untuk diukir bersama sepanjang hidup, itu yang terucap dariku. Ia bersedia menerima. Aku diam. Aku lupa caranya untuk terkejut. Aku senang, tentu, tapi aku lupa caranya untuk bahagia. “Hhhhh... aku lega, terimakasih ya,” itu kata yang mengawali kisah kami. Bodoh memang, kaya tidak ada kata-kata lain yang lebih indah. Tapi dia tersenyum.

Tidak banyak obrolan yang kami bicarakan hingga dia akhirnya pulang. Ia memang istimewa. Sempurna untukku. Aku yang tak bisa memperlakukannya dengan istimewa. Aku terlalu bodoh dalam mencintainya. Ia kecewa, marah, kesal tapi tetap mau bersamaku. Ia tetap memilihku. Ia Trisna Ari Ayumika. Terimakasih sayang...

Lelaki Bodohmu, Widhi Maulana Desangga

Kamis, 12 Agustus 2010

Pada Awalnya

Cerita tentang nama...
Widhi Maulana Dessangga, itu nama yang diberikan oleh bapa saat aku baru berumur beberapa hari. Sejatinya sih, nama itu sudah disiapkan sebelum aku lahir namun baru diresmikan saat bapa punya uang untuk membuat sebuah upacara selamatan. Bapa sebenarnya tak mau mengadakan upacara itu tapi kehendak kakek membuat bapa terpaksa mengadakan selamatan yang katanya membawa berkah. Semoga.

Beranjak pada usia sepuluh tahun namaku “diusik” oleh guru ngajiku yang sangat kuhormati. Beliau berpendapat namaku itu tidak umum sebagai seorang muslim. Aku harus ganti nama. Walau aku tak peduli, tapi hati kecilku menolak rencana guruku itu. Untunglah bapa menolak dengan halus, menurut bapa nama tak berhubungan agama yang dianut. Hore, hati kecilku bersorak. Aku bangga dengan nama ini. Terimakasih bapa.

Mengenai pergantian nama memang sudah menjadi hal yang biasa dalam tatanan budaya masyarakat desaku. Dalam keluargaku sendiri ada banyak kerabatku yang mengalami sejarah pergantian nama (hehehe...). Toharikin, nama itu hanya bertahan selama dua tahun di diri sepupuku sebelum akhirnya harus berganti menjadi Nurkholis. Lantas Maya, sepupuku juga, berganti nama menjadi Azizah. Juga Jonah, nama nenekku, berubah menjadi Cariyah. Ada berbagai alasan memang yang menyebabkan nama bisa/harus diganti. Bisa karena sakit, menolak bala, tidak sesuai agama (Islam) dan sebagainya. Namaku sendiri, Widhi, dianggap sebagai nama orang Hindu maka mesti diganti. Untungnya ada bapa. Terimakasih (lagi) bapa. Aku suka dengan namaku. Widhi Maulana Dessangga.

Akan tetapi saat aku lulus SD aku harus terima kenyataan kalau namaku mengalami pengurangan satu huruf ‘s’ pada kata dessangga. Guruku salah menuliskannya di ijazah. Ah, ada-ada saja. Maka sejak saat itu Widhi Maulana Desangga-lah nama lengkapku. Duapuluh huruf.

Cerita tentang sekolah...
Usiaku baru empat tahun lebih saat aku mulai merasakan kesepian di rumah. Semua teman-temanku tidak ada di rumahnya. Aku kesepian. Setiap pagi aku melihat mereka memakai seragam merah putih pergi bersama-sama. Aku ditinggal. Aku tidak diajak. Aku kesepian. Ketika itu agustus baru menyapa. Aku merengek sejadinya. Aku ingin seragam itu. Aku ingin pergi bersama mereka. Aku ingin sekolah.

Seminggu setelah itu aku pun dititipkan ke sekolah. Bapa meminta aku diikutkan dalam kelas. ‘tak usah dinilai’ bilang bapa pada kepala sekolah. Aku tidak perlu dinaikkan, tambahnya. Akan tetapi pada pembagian raport aku tetap diberikan nilai oleh wali kelasku. Ranking enam. Wow, bangga sekali aku saat itu. Bapa terkejut. Akhirnya akupun sekolah secara penuh. Kenaikan kelas satu aku meraih ranking delapan. Menurun memang, tapi aku tetap senang.

Kelas empat caturwulan dua aku dipindah ke desa, orangtuaku pindah rumah ke daerah Petukangan Selatan. Menempati rumah kepala sekolah, atasan bapa. Di desa aku meraja. Ranking satu aku genggam sampai lulus SD. Selain itu NEM tertinggi pun aku renggut. Berbekal gelar tertinggi itu pula aku sempat pongah ketika harus sekolah di Jakarta. Akan kutaklukkan Jakarta. Hehehe...

Akan tetapi ternyata orang Jakarta pintar-pintar, NEM-ku tidak ada apa-apanya.

SMA-ku di sekolah terfavorit di Bekasi, SMAN 1. Di sekolah ini aku selalu meraih ranking tiga besar, benar-benar tiga besar. Tigapuluh tiga, tigapuluh empat, tiga puluh sembilan, hehehe.... Terus terang aku tak termotivasi sekolah di SMAN favorit ini. Baru di kelas tiga aku mendapat feel, aku meraih ranking tujuh. Teman-temanku kaget. Bahkan aku, tapi aku tak peduli dengan ranking-ranking seperti itu.

Memasuki dunia kampus, aku memilih Jurusan Bahasa Indonesia. Kupikir kuliah akan berbeda dengan sekolah. Tapi ah...., sama saja. Hanya berbeda tidak mengenakan seragam. Peraturan yang ada terlalu banyak mengekang kebebasanku. Terutama masalah jadwal. Aku sudah menyusun sedemikian rupa agar aku tak pernah kuliah pagi. Tapi yang terjadi seringkali berbalikan dengan apa yang kuinginkan. Ah..., dunia sekolah memang tak selalu mengenakkan. Hanya statusnya saja yang tinggi, Mahasiswa.

Mungkin itu saja perkenalan dengan aku dan hidup (membosankan)ku.

16 September 2008

Membangun Kota yang Nyaman dan Efisien

Kota merupakan suatu entitas yang sistemik atau utuh. Itu hal pertama yang harus dipakai. Sebagai suatu entitas yang utuh, kota mesti memberikan daya dukung yang cukup baik secara material ataupun non material sehingga mampu menjadi wahana hidup bagi seluruh warga. Ekonomi, budaya dan politik merupakan beberapa hal yang mesti tersedia untuk menghidupkan warganya.
Bicara mengenai kota, harus bicara mengenai sistem tata ruang kota dan harus dikelola dengan baik. Sistem tata ruang menjadi referensi pembangunan bagi pemerintah, swasta maupun warga. Selama sistem tata ruang tidak disusun dengan baik, berdasarkan relasi-relasi fungsional, maka tidak akan pernah tertata dengan baik.

Dalam pembangunan ekonomi konsepnya mesti benar-benar dipikirkan agar tidak menghamburkan dana tapi malah membuat semrawut keadaan kota. Semisal di Jakarta, pembangunan mal-mal tidak didasarkan pada analisis lingkungan yang memadai akibatnya, kesemrawutan yang ditimbulkan justru lebih besar dampaknya dibandingkan dengan keuntungannya. Kemacetan yang terjadi di depan atau persimpangan mal sulit terurai sebab banyaknya angkutan umum yang ngetem di sana.

Tidak hanya itu, tata letak pembangunan mal yang tidak dipikirkan secara terencana akhirnya membuat persaingan yang tidak seimbang. Pada akhirnya banyak mal-mal yang kini mati suri atau bahkan bangkrut dan beralih fungsi. Contohnya adalah salah satu mal besar yang ada di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara dan banyak mal lainnya.

Konsep pembangunan yang terencana matang akan membantu pemerintah kota untuk dimengerti oleh warganya, sehingga tidak akan mengakibatkan penggusuran yang berujung konflik. Relasi fungsional pembangunan kota mesti memperhatikan betul aspek-aspek sosial yang ada. Semisal dalam penggusuran di kawasan kumuh, harus diingat juga bahwa penghuni kawasan yang dianggap kumuh itu merupakan konstituen penyelenggara kehidupan kota baik sebagai konsumen, pekerja atau justru pegawai pemerintahan berpangkat rendah.

Sayangnya, hal itu tidak dilaksanakan oleh pemerintah kota. Pembangunan kota-kota di Indonesia menafikan partisipasi warga. Warga tidak dihitung sebagai manusia yang berhabitat dalam ruang, tetapi menjadi angka semata. Terjadilah apa yang disebut “kota tanpa warga”. Pemerintah asyik membangun gedung-gedung tinggi untuk menarik investor sementara warganya digeser ke pinggiran dan terpaksa mendiami kawasan padat penghuni yang mana pada akhirnya akan disebut sebagai kawasan kumuh. Jika seperti ini terus maka mata rantai penggusuran pun tak dapat dihilangkan.

Roma tidak dibangun dalam sehari. Itulah pepatah yang kiranya harus diresapi oleh para pembesar di negeri ini. Diperlukan sebuah blue print pembangunan jangka panjang yang harus dipatuhi sehingga pembangunan yang dilakukan tidak asal-asalan.

Rabu, 11 Agustus 2010

Mitos Kecantikan: Sebuah Penindasan terhadap Perempuan

“Mirror-mirror on the wall… Who is the fairest in the world?” (Snow White)

Siapa yang tidak tahu tentang kecantikan, setiap perempuan pasti tahu. Sejak zaman dahulu, perempuan sudah dikonstruksikan sebagai makhluk yang cantik, identik dengan keindahan. Meskipun kecantikan selalu dikaitkan dengan perempuan, namun laki-laki turut andil dalam merekonstruksi kecantikan. Konon, kecantikan dianggap sebagai anugerah terindah bagi perempuan. Karena, kecantikan seperti magnet yang mamapu mnarik prhatian banyak orang.

Selain itu, banyak kisah yang menuturkan kecantikan sebagai penghancur laki-laki, keagungan dan kekuasaan laki-laki dapat jatuh di bawah kakinya. Tidak heran jika dalam mitologi kuno dilukiskan pengaruh seorang perempuan cantik yang mampu membuat laki-laki bersedia berkorban dan melakukan apa saja demi mendapatkan perempuan cantik tersebut. Kisah Julius Cesar dan Cleopatra, Rama dan Shinta, perebutan wanita cantik antara Qabil dan Habil, perselisihan antara Epimetheus dan Prometheus demi memperebutkan Pandora yang cantik, merupakan beberapa kisah yang berpartisipasi dalam pembentukan mitos kecantikan yang sampai saat ini diagung-agungkan. Mitos ini telah berlaku sepanjang sejarah perempuan sehingga kecantikan dipandang sebagai sesuatu yang objektif dan universal.
Perempuan ingin memiliki kecantikan, dan laki-laki pasti ingin memiliki perempuan yang cantik. Tekanan yang muncul akibat anggpan ini dirasakan oleh perempaun. Perempuan merasa sakit, malu dan sedih karena mitos kecantikan. Hal ini memunculkan rasa cemburu atau iri. Akhirnya, mereka menderita karena persaingan antarssama. Tidak mengherankan jika saat ini banyak perempuan yang berbondong-bondong menyulap dirinya menjadi “cantik”. Kecantikan telah dipandang sebagi sesuatu yang sangat berharga, sehingga tak jarang perempaun yang sangat terobsesi untuk mendapatkan kecantikan. Tempat-tempat kebugaran, spa, salon kecantikan, took kosmetik dan berbagai institusi kecantikan yang lain menjadi tempat-tempat yang diminati perempuan untuk mengubah dirinya menjadi cantik. Bahkan, mereka tak segan untuk mengeluarkan biaya yang banyak. Inilah yang dimanfaatkan oleh kapitalis.
Saat ini identitas perempuan berada dalam konstruksi sosial yng diciptakan oleh kaum kapitalis. Bagi kapitalis, kecantikan mrupakan salah satu wilayah strategis dapat dijadikan objek komoditas. Maka ari itu, mitos-mitos kantikan benar-benar dikembangkan dan disosialisasikan untuk menumbuhkan keinginan dalam diri perempuan. Berbagai komoditi atau produk kecantikan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan perempuan untuk menjadi cantik dan menarik. Ironisnya, majalah maupun iklan alam dunia kecantikan menjadikan perempuan sebagai target atau sasaran utama pasaran prouknya. Media ikut bertanggungjawab dalam hal ini. Nilai-nilai yang terkandung di dalam strategi kapitalisme menyosialisasikan para kaum perempuan agar memperlakukan tubuhnya lebih sebagai objek untuk diamati.
Dampak mitos kecantikan yang luar biasa harus dipikul perempuan. Berbagai tuntutan ini telah menghancurkan perempuan, baik secara psikis maupun fisik. Waktu, usaha, dan uang harus dikeluarkan perempuan untuk mempercantik penampilannya. Sedangkan untuk laki-laki tidak ada tuntutan seperti itu. Seharusnya para perempuan menyadari bahwa standar kecantikan tidak mungkin dicapai karena selalu berubah. Setiap perempuan itu unik. Jangan membandingakn diri sendiri dengan perempuan lain agar tidak merusak kurikulum Tuhan.
Trisna A Ayumika